||

Translate

Monday, March 14, 2011

Naskah Perang Dengan Orang Batak

Naskah Perang Dengan Batak

Naskah diatas merekam tentang kekuatan dua kubu yang terlibat perang antara pasukan kerajaan Aceh dan pasukan kerajaan Batak di medan peperangan selama 10 hari.
Teks naskah dengan tinta merah bertuliskan "Inilah Ketika Perang Orang Batak", kekuatan terlihat lebih besar dimiliki oleh kesultanan Aceh saat menaklukkan wilayah Batak, namun ada dua hari kekuatan lebih besar dipihak orang Batak, sehingga naskah tersebut memperlihatkan kekuatan yang hampir seimbang.
Jika ditinjau naskah Bulan Sabit Tersenyum Bersusun Tiga diperkirakan tahun 1823-1824 M dari Venice, diperkirakan perang ini terjadi pada masa perluasan Islam dan kesultanan Iskandar Muda.

Disamping teks utama, tertulis teks obat penyakit sakit perut (sakit dalam perut) beserta ramuan dan doanya, tentu teks ini tidak sesuai dengan matan teks yang utama, dan diyakini disalin oleh penyalin selanjutnya.

Saturday, March 12, 2011

Naskah Khabar Maut

 

Naskah Haba Maot

Naskah Khabar Maut (Haba Maot) dalam berbahasa Aceh dan merupakan naskah terkenal yang banyak dikarang dan disalin dalam beberapa bahasa, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Bugis dan lainnya dalam beberapa tulisan masa lampau.

Naskah kabar maut ini disalin oleh Leube Haji Po Suri Peurumoh Haji Panglima (Leube Haji Po Suri) adalah salah seorang Panglima Kerajaan Aceh pada masa perang Aceh dengan Belanda, naskah ini menceritakan menceritakan tentang Malaikat maut ketika mengambil nyawa manusia dengan menyerupai dirinya dalam berbagai bentuk, tergantung amal perbuatan seseorang yang hampir meninggal.

Dalam naskah disebutkan :
  "lon mulai subhanallah,
dengo kukisah saboh calitra.
dengo ku kisah haba maut
yang tersebut lam calitra
teusebot dalam firman Allah
narit yang indah that mulia
najeu urai ngo Hadist Nabi
dengo bak sari dumna kata"

Wednesday, March 2, 2011

Naskah Sirat al-Mustaqim


Naskah Sirat al-Mustaqim

Naskah Sirat al-Mustaqim adalah salah satu kitab fiqih terlengkap pada abad ke-17 yang dikarang oleh Nuruddin al-Raniri, kitab ini kemudian menjadi rujukan pada pemerintah kerajaan Aceh dalam pelaksanaan fiqhiyyah dan ubudiyyah, karna kitab ini dirangkai dari awal mula sebelum melaksanakan tata cara Shalat sampai sesudahnya.

Kitab ini memang sangat identik dengan beberapa kitab Fiqh ulama-ulama di Jazirah Arab, hanya saja ia ditulis aksara Arab-Jawi, jika ditinjau dari teks naskah ini berisi pembahasan tentang tata cara bersuci (ţahārah), dilanjutkan dengan shalat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain.

Pada masing-masing babnya terdapat sejumlah fasal yang berkaitan dengan topik pembahasan. Di bawah bab bersuci misalnya terdapat sebuah fasal pada menyatakan memakai segala bejana dari pada emas dan perak. Kemudian, di bawah bab tentang macam-macam najis (Kitab Najasah), terdapat fasal menyatakan istinjak (membersihkan badan dari najis), dan lain sebagainya.

Naskah ini masih banyak beredar di Aceh, walau secara fisik (kondisi) kurang terawat dan banyak yang sudah usang serta belobang, apalagi di masyarakat.