||

Translate

Wednesday, December 16, 2015

Indahnya Naskah Maulid Nabi di Aceh



Naskah-naskah yang berkaitan dengan puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw mayoritas akan dihiasi dengan iluminasi dan ilustrasi yang indah. Indahnya teks-teks biasanya di tempatkan pada awal-awal halaman dan di akhir sebagai penghormatan dan kemuliaan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai Nabi penutup dan seorang yang paling mulia.

Nabi lahir pada Senin pagi sebelum Subuh tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan pada Tahun Gajah (570 Masehi). Ini adalah pendapat paling sahih yang merujuk pada pendapat Ibn Ishaq dan jumhur yang lainnya. Nabi mulia dilahirkan di Mekkah, di rumah kakeknya, Abdul Muthallib, pada saat itu Siti Aminah sejak meninggal suaminya Abdullah (ayah tercinta nabi Muhammad) dan selama ia mengandung dirawat di rumah kakeknya.



Pada hari ketujuh kelahirannya, Abdul Muthallib menyembelih unta dan mengundang masyarakat Mekkah sebagai acara syukuran (aqiqah) makan bersama. Dan memberitakan kepada masyarakat Mekkah bahwa cucunya diberi nama Muhammad, sedangkan ibunya menamainya Ahmad, yang keduanya berarti terpuji. Masyarakat Mekkah pun bertanya-tanya mengapa ia tidak suka memakai nama nenek moyangnya yang sudah mentradisi di bangsa Arab saat itu. "Aku ingin dia (Muhammad) menjadi orang yang terpuji (Ahmad) bagi Tuhan yang di langit, dan (Muhammad) bagi makhluk-Nya di bumi". jawab Abdul Muthallib.

Hadirnya naskah-naskah kuno (manuskrip) yang dihiasi indah beragam hiasan menunjukkan kecintaan para orang-orang terduhulu dan menjunjung kelahiran dan kehidupan Nabi dengan teks-teks selawat kepada Nabi, biasanya teks-teks seperti Dalail al-Khairat, Selawat Nabi dan Barzanji lainnya akan menghiasi indahnya tulisan-tulisan pujian tersebut.


Saturday, February 2, 2013

Naskah Hikayat Raja-raja Pasai


“Hikayat Raja-Raja Pasai” merupakan karya sastra yang bersifat sejarah yang tertua dari zaman Islam nusantara. Dalam naskah diceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi antara tahun 1250 – 1350 M. Zaman ini adalah masa pemerintahan raja Meurah Silu yang kemudian masuk agama Islam dan mengganti namanya dengan Mâlik al-Shâlih. Hikayat ini merupakan satu-satunya peninggan sejarah zaman kerajaan Pasai . Menurut perkiraan Dr. Russel Jones hikayat ini ditulis pada abad ke-14. Hikayat ini mencakup masa dari berdirinya Kesultanan Samudera Pasai sampai penaklukannya oleh kerajaan Majapahit.

Dimulai dengan teks yang berbunyi: ”al-kisah peri menyatakan ceritera raja yang pertama masuk agama Islam ini Pasai. Maka ada diceriterakan oleh orang yang empunya ceritera ini, negeri yang di bawah angin ini Pasai-lah yang membawa iman akan Allah dan akan rasulnya Allah”. 

Isi “Hikayat Raja-Raja Pasai” ini menceritakan mengenai unsur-unsur legalisasi susunan keluarga yang memerintah, menyatakan asal-usul yang sakral keluarga tersebut, tetapi disamping itu, juga mempunyai fungsi didaktik. Raja yang zalim akan mendapatkan hukuman, negerinya musnah. Disamping halnya dengan Sultan Malik al- Mansur, yang merampas gundik abangnya. Demikian pula halnya dengan Sultan Ahmad yang cemburu terhadap putera-puteranya dan oleh sebab itu membunuh mereka. “Hikayat Raja-Raja Pasai” memiliki persamaan-persamaan yang mencolok dalam pokok pembicaraan serta susunan ayatnya dengan “Sejarah Melayu”.

“Hikayat Raja-Raja Pasai” merupakan salah satu sumber tentang cerita masuknya Islam ke Sumatera. merupakan karya dalam bahasa Melayu yang bercerita tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera-Pasai, sekarang terletak di Nanggroe Aceh Darussalam.


Hikayat Raja-Raja Pasai pertama kali diterbitkan oleh seorang Perancis bernama Ed. Dulaurier pada tahun 1849 M dalam Collection Principle Cronique Malayes. Ia menerbitkannya dalam huruf Arab berdasarkan manuskrip yang dibawa oleh Sir Thomas Stanford Raffles ke London yang sampai sekarang masih ada di sana dalam perpustakaan Royal Asiatic Society. Pada tahun 1914 M terbit versi yang dihuruflatinkan oleh J.P. Mead yang juga berasal dari manuskrip London tersebut di atas. Di samping itu, terdapat pula transkripsi Hikayat Raja-Raja Pasai beserta pembicaraannya dalam Journal of the Malayan Branch Royal Asiatic Society, 1960, yang dikerjakan oleh A.H. Hill. Menurt T. Iskandar, Hikayat Raja-Raja Pasai merupakan karya sejarah tertua dari zaman Islam.

Hikayat Raja-Raja Pasai terdapat dua versi. Pertama ialah cerita Pasai yang terdapat dalah naskah Sejarah Melayu, yakni riwayat yang berakhir dengan mangkatnya Sultan Malik al Dzahir dan naiknya tahta kerajaan Sultan Ahmad. Kedua adalah versi Hikayat Raja-Raja Pasai yang diwakili oleh Raffles seperti tersebut di atas. R.O. Winstedt menyatakan bahwa bagian-bagian tertentu Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai mempunyai persamaan-persamaan, baik dalam pokok pembicaraan maupun susunan ayatnya. Ia mengatakan, penyusun Sejarah Melayu telah meniru, memparafrasakan dan menyalin Hikayat Raja-Raja Pasai. Winstedt berkesimpulan bahwa Hikayat Raja-Raja Pasai ialah teks yang tertua dari kedua karya itu (Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai). Namun, R. Roolvink menyatakan, tidak mudah untuk menentukan antara kedua teks itu dan mungkin sekali penyusun Sejarah Melayu telah menggunakan teks Hikayat Raja-Raja Pasai yang lain, sehingga terjadi perbedaan penting antara kedua teks itu dari segi nama dan detail-detail lainnya.

Menurut A. Teeuw bahwa Hikayat Raja-Raja Pasai berdasarkan internal evidence tidak mungkin dikarang sebelum Sejarah Melayu, tetapi sebaliknya. Hikayat Raja-Raja Pasai ditulis berdasarkan suatu versi asal Sejarah Melayu untuk kemegahan kerajaan Pasai dengan berbagai tambahan dan perubahan. Namun, Amin Sweeney menentang pendapat itu dan berdasarkan internal evidence pula menyatakan dengan sangat meyakinkan bahwa Hikayat Raja-Raja Pasai yang digunakan oleh pengarang bagian pertama Sejarah Melayu.

Isi naskah Hikayat Raja-Raja Pasai menyangkut sejarah negeri Pasai sekitar pertengahan abad ke-13, masa pengislaman Tanah Pasai hingga pertengahan abad ke-14, dan waktu penaklukan Pasai oleh Majapahit. Secara lebih rinci isi Hikayat Raja-Raja Pasai dapat dibagi menjadi enam bagian, meskipun dalam manuskrip tersebut tidak ada pembagian ini. Lima bagian pertama adalah cerita mengenai Samudra Pasai, sedangkan yang keenam sama sekali tidak menyinggunga Pasai, tetapi mengenai penaklukan Nusantara oleh Patih Gajah Mada atas perintah Sang Nata Majapahit. Dalam bagian terakhir itu juga dibicarakan penaklukan sebagian pulau Perca, yakni Minangkabau, yang tidak dilakukan dengan peperangan tetapi dengan adu kerbau. Tentara Jawa kalah dalam penaklukan itu. Naskah Hikayat Raja-Raja Pasai yang mula-mula besar kemungkinannya tidak mengandung bagian yang keenam itu. Apabila itu benar, maka bagian yang keenam itu adalah tambahan yang kemudian, mungkin ditulis oleh pengarang lain dan ditambahkannya kepada naskah Hikayat Raja-Raja Pasai.


Thursday, January 3, 2013

Asal Mula Kesultanan Melayu dan Bendera Kebesarannya


Ilustrasi bendera-bendera Kesultanan Johor-Riau dari lembaran manuskrip:

[111] Royal customs from Johor, 1808
An account of Malay ceremonies, customs and law from the kingdom of Johor, dated AH 1223 (AD 1808), Ink and colours on English paper, ‘S Wise & Patch 1806’, 84 pp, 310 x 190 mm. 
Royal Asiatic Society, Raffles Malay 32, pp. 11-1

[Teks Hal. Verso (Kanan)]
Shahdan lagi asal negeri Melaka ini dahulunya hutan sahaja dan anak cucu raja turun dari Bukit Siguntang yang bernama Nila Utama anak cucu[lah] bernama Sultan Muhammad Shah ialah yang menyusuk negeri Melaka ini.
Adapun asal negeri Melayu Bintan namanya, itulah sekarang dinamakan Riau, dahulu kalanya Riau asalnya tiada beraja dan Kota Karang dahulu namanya Bulang itu pun tiada beraja asalnya dan asal negeri Terengganu dahulunya tiada beraja orang besar sahaja dan namanya Tun Telanai adapun asal negeri Pahang asalnya beraja dahulunya dan nama rajanya Maharaja Didah, kemudian

Wednesday, January 2, 2013

Nama Anak Sesuai Hari


Mungkin nama-nama ini bukan lagi favorit di Aceh, -jika tidak ingin mengatakan tidak berlaku lagi- karena diakibatkan oleh perkembangan zaman dan perubahan sosial di masyarakat tersebut. 
Akan tetapi  -mungkin- ini suatu budaya yang pernah merekat di Aceh, bahwa pemberian nama-nama baik tersebut tersebut sesuai harapan dan dapat bertahan pada anak dengan tingkah laku yang baik, shaleh-shalehah, berbakti, taat dan sebagainya yang bersifat baik.
Agama juga telah menganjurkan kepada setiap orang tua untuk dapat memberi nama anaknya yang memiliki makna yang baik, menunjukkan pehambaan kepada sang Khalik, dinamai dengan nama-nama Nabi dan Rasul, atau nama-nama orang Shalih, dan atau memilih nama dengan sifat yang sesuai dengan orangnya, dengan demikian dapat memberi motivasi kepada sang anak, sesuai namanya. 
Al-Mawardi rahimahullah berkata dalam Kitab Nashihat al-Muluk menyebutkan, “Apabila seorang bayi lahir maka kemuliaan dan kebaikan yang pertama kali diberikan kepadanya adalah memilihkan untuknya nama yang baik dan kunyah yang lembut serta mulia. Sebab nama yang baik dapat menyentuh hati seseorang ketika mendengar nama tersebut".
Disebutkan dalam naskah ini "Bab ini barangsiapa beranak ia pada malam Ahad maka dinamanya Ibrahim atau Sulaiman atau Daud atau Isa atau Musa atau Ayyub atau A'ma atau Harun atau Shalih. Dan jika perempuan dinamainya akan dia Halimah atau Zainab atau Rafi'ah atau Rabi'ah.
Dan barangsiapa beranak ia pada malam Isnain [Senin]..dst".
Naskah koleksi di Aceh ini berisi kumpulan karangan, selain pemberian nama-nama anak sesuai hari, juga ada beberapa pembahasan tentang tasawuf, tarekat Syatariyah, manasik haji dan pembahasan keagamaan. 





Thursday, August 30, 2012

Naskah Haji dan Ka'bah


Teks Naskah Haji Koleksi Museum Aceh.
Dalam naskah ini diungkapkan tatacara san syarat Haji dan Umrah. Selain itu juga terlihat gambar segi empat yang dimaksud oleh pengarang (atau penyalin) yang dimaksud adalah Ka'bah. Ka'bah memiliki 4 rukun (sudut jamaah). Rukun yang dimaksudkan disini adalah rukun yang arti harfiahnya “Sudut atau Pojok”. Dalam pengertian itulah keempat sudut Ka’bah diberi nama Rukun Aswad, Rukun Iraqi, Rukun Syami dan Rukun Yamani

Rukun Yamani dan Rukun Aswad.(Sudut Aswad)

disebut juga “Dua rukun Yamani” karena kedua rukun ini menghadap ke arah negeri Yaman. Rukun Aswad  lebih dikenal dengan Hajar Aswad atau Batu Hitam. Rukun ini dipandang sebagai rukun yang paling penting dan lebih dimuliakan disisi Allah SWT, karena memiliki nilai sangat istimewa. Para jema’ah haji biasanya mencium dan mengusap Hajar Aswad. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW.

“Ma’atitu ‘alaihi Qaththun illaa wa jibrillu Qaimun indahu yastaqkfiru liman yastalimuhu”
“saya tidak pernah mendatanginya melainkan jibril berdiri di sisinya,

 minta ampunkan setiap orang yang mengecupnya”

Rukun ini memiliki 4 empat keutamaan, yaitu

Rukun ini dibagun persis diatas rukun aslinya atau diatas pondasi yang dibangun kembali oleh nabi Ibrahim AS.

Tempat diletakkannya batu Hajar Aswad.

Tempat untuk memulai dan mengakhiri ibadah Tawaf

Merupakan salah satu tempat berdo’a yang paling mustazab.

Rukun Iraqi dan Rukun Syami

disebut juga “Dua Rukun Syamiani” karena keduanya mengarah ke negeri Syam yang sekarang meliputi semua negara yang terletak dipantai timur Laut Tengah, seperti Yordania, Palestina, Suriah dan Lebanon.